Selembut Tisu Yang Kau Jual
Hikmah Manusia2 Langit Yang Berjalan Di Bumi Lepas Tarawih di masjid, saya mencoba mencari kehangatan tubuh dengan minum segelas Cappucino sebelum rehat malam. Sejak awal menyeruput kopi panas, mata tertuju kepada seorang anak laki-laki yang sedang duduk di luar, persis depan kaca tempat saya duduk di dalam, dia tampak seumuran atau dibawah umur anak saya yang laki-laki. Sedari tadi saya menatap wajahnya, tampak seperti sedang dirundung kesedihan di raut wajahnya. Entahlah dan sesekali dia mencuri pandangan ke dalam tempat saya minum dan beberapa orang sedang makan. Terkadang ia merebahkan wajahnya dilipatan kedua tangannya yang sedang memegang tiga buah kemasan tisu dan tas berwarna merah yang bertengger di punggungnya. "Kamu sudah makan, Nak?" tanyaku. "Belum Om," jawabnya langsung. "Ayo masuk dan makan ke dalam Nak." Sambil menunggu pesanan nasi goreng spesial dan es teh manis, saya coba mengulik lebih dalam tentangnya. "Siapa namam